Senin, 29 November 2010

PEMETAAN POTENSI DIRI
Solihin,S.Pd.I

A. Pendahuluan

Manusia adalah makluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan makhluk-mahkluk ciptaan yang lain. Kalau kita melihat kembali proses penciptaan semua makhluk di Bumi maka kita akan lebih merasa yakin bahwa Manusia adalah Makhluk yang paling mulia sekaligus paling bejat. Malaikat tercipta dari cahaya, Jin dan Setan tercipta dari Api sementara Manusia tercipta dari empat unsur yang bahan dasarnya adalah tanah, keempat unsur tersebut adalah ; Tanah ,Udara, Api dan Air. Dan keempat unsur tersebut yang menjadikan manusia memiliki kompleksitas yang luar biasa. Manusia dilahirkan dengan memiliki bakat (potensi) yang sangat besar, dan kemampuan itu yang pada akhirnya membimbing manusia untuk memilih jalan yang baik atau yang buruk. dan semuanya itu dapat digali dan dikembangkan menjadi sebuah kemampuan yang luar biasa. Karna itu perlu adanya pola pembelajaran yang sistematis untuk mengembangkan diri (Empowering), sehingga potensi-potensi yang ada pada kita tergali secara maksimal.
Sebelumnya orang mengira bahwa IQ (Intellegence Quotient) merupakan penentu kesuksesan dalam hidup. Jika IQ-nya tinggi maka, dia akan mendapatkan kesuksesan dalam belajar dan akhirnya mendapat kesuksesan dalam hidup. Pernyataan ini tidak sepenuhnya benar, karna banyak orang pintar dan ber-IQ tinggi pada kenyataanya dia mengalami kesulitan hidup. Hal ini disebabkan karna kontrol emosinya yang tidak stabil, sehingga sering sekali keliru dalam memecahkan persoalan hidup hanya karna masalah kurang berkonsentrasi. Emosinya yang tidak terolah tersebut yang menyebabkan keputusannya selalu berubah-ubah sehingga pada akhirnya seseorang tersebut gagal sama sekali untuk mengambil sebuah keputusan yang tepat.
Akhir-akhir ini disadari atau tidak bahwa selain Kecerdasan Intelektual ( Intelligences Quotion ), seseorang juga perlu mengembangkan Kecerdasan Emosional (Emotional Quotient) dan Kecerdasan Spiritual (Spiritual Quotient). Artinya, bahwa dalam sebuah tindakan- tindakan yang cerdas memerlukan adanya persenyawaan antara tiga intelegensi tersebut.

B. Anatomi Otak

Otak manusia merupakan jaringan lunak yang beratnya mencapai 0,5 - 1,2 kilogram dan mengandung 100 miliyar sel syaraf, bahkan dalam perkmbanganya yang paling subur dapat mencapai 300 miliyar sel. Perkembangan otak manusia yang palaing aktif dimulai dari dalam kandungan hingga berumur delapan tahun .
Setelah itu tidak berkembang lagi bahkan sangat mungkin untuk menurun, tergantung intensitas kita untuk mmpertahankannya. Ketika mencapai dewasa jumlah sel otak berkisar 12-15 miliyar yang tersusun sangat sempurna dan terstruktur. Sel-sel itu memiliki fungsi yang sangat kompleks dari sekadar menerima isyarat melalui sebuah stimulus sampai proses pemahaman, analisa dan kemudian mengambil sebuah keputusan yang dilanjutkan dengan melakukan gerakan motorik.

C. Pembagian Otak
Otak manusia terdiri dari tiga wilayah besar yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda, mulai dari fungsi merasionalisasi sampai fungsi dasar kehidupan.
Secara garis besar otak manusia dapat dibagi menjadi tiga., Otak besar (wilayah satu), Otak tengah/otak mamalia (wilayah dua), dan Otak kecil termasuk batang otak/otak reftil (wilayah tiga)
1. Wilayah pertama (Otak besar) ; adalah wilayah kulit otak bagian luar. Korteks (korteks cerebral) adalah jaringan saraf yang tebalnya kurang dari 5 mm, tapi luas bagiannya mencapai 155cm. Korteks menyusun 70 persen bagian otak. Lipatan korteks yang erat kaitannya dengan tengkorak manusia membuat otak tampak berkerut. Saraf dalam korteks memproses data. Warna korteks kelabu (inilah alasan mengapa korteks diistilahkan dengan ‘’benda/zat kelabu’’ –the grey mater). Korteks pun secara luas berhubungan satu sama lain (dengan bagian dalam otak). Jaringan panjang yang menghubungkan bagian-bagian terpisah (secara luas) pada otak tersusun dari saraf yang tertutup penyekat berlemak yang disebut myelin. Myelin membuat jaringan tersebut berwarna putih (disebut juga ‘’benda/zat putih’’). Korteks mempunyai sejumlah struktur dan bagian-bagian fungsional. Yang paling nyata dari pembagian ini adalah belahan kiri dan kanannya. Beberapa ahli berpendapat bahwa kedua belahan otak dihubungkan oleh sebuah ‘’bundel serat tebal’’ yang disebut corpus callsum. Corpus callsum membantu menyatukan aktivitas otak (memberitahu otak kiri tentang apa yang dilakukan otak kanan, juga sebaliknya).Pembagian penting lainnya dalam korteks adalah empat buah lobus atau cuping, yaitu temporal, frontal, occipital, dan parietal. Bagian-bagian tersebut dinamai berdasarkan letaknya setalah tulang tengkorak. Sejak lama muncul berbagai pendapat tentang fungsi tersebut dalam otak. Lobus frontal berhubungan dengan konsentrasi, lobus temporal berhubungan dengan bahasa dan ingatan, lobus parietal berhubungan dengan sensor data dan lobus occipital berhubungan dengan penglihatan dan persepsi. Jadi, proses kesadaran pikiran bergantung pada interaksi kompleks di bagian-bagian otak ini dan merupakan basis aktifitas merasionalkan segala isyarat yang terlihat.meliputi ; berfikir, logika, berbahasa, analisa dan lain sebagainya.
2. Wilayah kedua (Otak mamalia) ; adalah yang biasa disebut dengan Sistem limbik (limbic berasal dari bahasa Latin yang berarti batas). Sistem limbik juga dimiliki oleh hewan-hewan mamalia seperti sapi, kerbau dan sebagainya. Sistem limbik memungkinkan kita mengontrol insting / naluri kita. Misalnya, kita tidak serta merta memukul seseorang yang tidak sengaja menginjak kaki kita, tapi perlu menekan emosi kita untuk tidak melakukan tindakan yang menyakitkan. Sistem limbik terdiri dari tiga bagian utama, yaitu amygdala dan septum yang berfungsi sebagai sistem kontrol emosi, mengontrol kemarahan, agresi, dan ketakutan, sementara hippocampus berfungsi merekam semua bentuk memori baru. Fungsi sistem ini terkait erat dengan emosional seseorang . gembira, sedih, jujur, adil dan lain sebagainya. Hal-hal yang tersebut di atas sesungguhnya telah ada sendirinya tanpa harus dipelajari selayaknya ilmu matematika, fisika dan keilmuan yang bersifat exacta. Sebagai contoh ketika seseorang ditinggal mati salah seorang keluarganya maka dengan serta merta orang tersebut akan sedih dan akibatnya menangis, bahkan pada tahap efek lebih berat lagi dia akan pingsan.
3. Wilayah ketiga (Otak reftil) ; adalah fungsi dasar kehidupan. Meliputi batang otak dan otak kecil yang mengatur pernapasan, pengaturan denyut jantung, tekanan darah dan fungsi kehidupan lainya. Di dalam jaringan sistem saraf ini terdapat hirarki control. Banyak rangsangan sederhana berhubungan dengan tindakan refleks/aksi spontan (misalnya, dengan cepat kita meludah ketika kita menyeruput air panas). Otak besar tidak terlibat langsung dalam proses ‘’identifikasi’’ mengenai tindakan refleks tapi, tindakan refleks tersebut diproses di saraf tulang belakang. Meskipun otak besar tidak terlibat langsung dalam proses yang berhubungan dengan aksi spontan, tetap saja kita akan mencerna data / rangsangan yang dipersepsi indera tersebut yang pada akhirnya akan menjadi memori tersendiri. Atau bisa juga kejadian di atas disebabkan oleh penyebab lain yang mengakibatkan kita menumpahkan air yang kita seruput. Aktivitas bernafas, keseimbangan, menelan, dan mencerna terjadi, karena fungsi otak secara otomatis.Dan kita tidak menyadari bahwa proses tersebut membutuhkan kontrol yang penuh dan teknik mengatur yang baik
Dari sekilas gambaran tentang anatomi otak dan beberapa fungsi otak, secara garis besar kita dapat memahami bagaimana otak memproses sebuah isyarat stimulus menjadi sebuah kesimpulan, melalui panca indra atau kinestetik (gerak) dan rabaan. Dan kadar percepatan mengambil sebuah kesimpulan dirangsang oleh persenyawaan antara fungsi otak kanan dan otak kiri. Semakin cepat interaksinya maka akan semakin cepat kesimpulan yang akan diputuskan.
D. Macam macam Inteligensi
Inteligensi (Kecerdasan) adalah merupakanm hasil proses analisa, yang menghasilkan sebuah keputusan yang tepat. Inteligensi memuat kemampuan dalam memecahkan persoalan dan dalam situasi yang bermacam-macam, bahkan dalam situasi yang sangat sulit sekalipun. Awalnya orang mengira bahwa intelegensi adalah sebuah hasil tes IQ di atas meja dan dalam ruang tertutup yang hanya memprioritaskan soal-soal exact dan logika, padahal ada sisi lain yang lebih besar, yaitu mengenai kemampuan seseorang untuk secara sadar memahami diri , lingkungan dan Tuhanya.
Inteligensi menurut Howard Gardner adalah kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu seting yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata (1983;1993). Jadi kecerdasan seseorang dikatakan tinggi apabila dia mampu untuk memecahkan persoalan-persoalan yang kompleks dalam kehidupan nyata. Secara garis besar intelegensi dibagi menjadi tiga ;
1. kecerdasan intelektual (Intelligence Quotion)
Kecerdasan ini sudah dikenal banyak orang karena kecerdasan ini berkaitan erat dengan kemampuan berhitung, logika, IPA dan lain sebagainya. Kecerdasan intelektual seseorang dikatakan tinggi bila nilai akademisnya tinggi. Tapi disadari atau tidak bahwa proses berkembang intelegensi intelektual dimulai dari nalar logis seseorang. Namun ketika perkembangan anak masih di level (0 bulan – 5 tahun) kemampuan nalar logis yang notabene adalah dasar kecerdasan intelektual belum berkembang. Pada masa kanak-kanak awal ini biasanya seorang anak masih cenderung pada potensi-potensi dasar yang sudah tertanam sejak lahir. Misalnya; anak- anak akan lebih suka bermain sesuatu yang dia inginkan tanpa proses berpikir yang rumit, ketika ingin bermain pisau seorang anak belum dapat mengambil sebuah keputusan bahwa pisau itu berbahaya.
Melalui sebuah tes IQ dapatlah diputuskan sementara bahwa IQ seseorang tersebut tinggi atau tidak. Menurut Weschler kecerdasan seseorang dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
 Kemampuan intelegensi tinggi
- Normal dan Cerdas (superior) IQ antara 100 s/d 120
- Sangat cerdas (gifted) IQ antara 120 s/d 140
- Luar biasa cerdas (extremeley gifted) IQ di atas 140
 Kemampuan intelegensi intelektual rendah (tunagrahita)
- Bodoh/terbelakang IQ antara 90 s/d 100
- Kasus batas (border line) IQ antara 70 s/d 90
- Debil (mampu didik/ termasuk tunagrahita ringan) IQ antara 50 s/d 70
- embisil (mampu latih/ termasuk tunagrahita sedang) IQ antara 25 s/d 50
- Idiot (mampu rawat/ termasuk tunagrahita berat) IQ di bawah 25
Beberapa gambaran di atas hanya klasifikasi pada tingkat kecerdasan intelektual (Intelligence Quotion) saja dan dapat mempengaruhi kecerdasan emosional (EQ) serta kecerdasan spiritual (SQ) , atau bisa saja tidak mempengaruhi sama sekali terhadap dua kecerdasan yang lain.
2. Kecerdasan emosional (Emitional Quotion)
Kata awal yang akan dibahas pada bagian ini adalah emosi, istilah ini maknanya masih membingungkan para ahli psikologi dan filsafat selama lebih dari satu abad. Namun secara harfiah menurut Oxford English Dictionary dapat didefinisikan sebagai ”setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu; keadaan mental yang hebat atau meluap-luap” (goleman 1996).
Para peneliti terus berdebat mengenai emosi, mana yang yang dianggap sebagai emosi primer-biru, merah dan kuning. Karna ada ratusan emosi bersama dengan campuran, variasi, mutasi dan nuansanya.sejumlah ahli mengelompokkan emosi dalam golongan-golongan besar meskipun tidak semua sepakat dengan golongan itu . bagian utama dan beberapa golongan tersebut adalah
• Amarah : beringas, mengamuk, bencikesal,bermusuhan dan lain sebagainya.
• Kesedihan : pedih, sedih, muram, melankolis, mengasihi, dan lain-lain.
• Rasa takut: cemas, takut, gugup, khawatir, was-was,tidak tenang, dll.
• Kenikmatan : bahagia, gembira, puas, senang, girang dst.
• Cinta : kasmaran, rasa dekat, kepercayaan, persahabatan dst.
• Terkejut : terkejut, terpana, terkesiap, takjub.
• Jengkel : benci, jijik, muak, hina dst.
• Malu : malu hati, rasa salah, sesal, hati hancur dst (Goleman,1996).
Golongan-golongan di atas tidak sepenuhnya menyelesaikan persoalan emosi yang tidak disebutkan , tetapi setidaknya memiliki pengaruh untuk mengontrol emosi yang kurang terkendali.
Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengontrol emosinya agar lebih stabil, sehingga dapat memutuskan sebuah persoalan dengan baik.
3. Kecerdasan Spiritual ( Spiritual Quotion)
Kecerdasan spiritual adalah sebuah kecerdasan transendental, artinya bahwa kecerdasan ini berkaitan erat dengan hubungan kita kepada tuhan. Kemampuan untuk introspeksi dan integrasi diri adalah modal awal untuk menuju kecerdasan ini. God spot merupakan sebuah media untuk proses perkembangan kecerdasan spiritual, lalu setelah proses itu steril maka akan mengalir menuju ruh suci yang diidentikkan dengan hati. Hati adalah pusat dari kecerdasan spiritual, sehingga jika hati kita sudah bersih maka semua bentuk kecerdasan akan secara otomatis dikuasai.
Hati manusia merupakan kunci pokok dalam proses menuju pengetahuan tentang Tuhan. Hati adalah pintu masuknya manusia berhububngan dekat dengan Tuhan
Kecerdasan tertinggi ( IQ ) seseorang hanya memaksimalkan tidak lebih dari 20 % fungsi otak manusia. Sementara hati mampu memaksimalkan seluruh fungsi otak manusia. "Tidak dapat memuat dzat-Ku bumi dan langit-Ku, kecuali "Hati" hamba-Ku yang mukmin lunak dan tenang (HR Abu Dawud). Jadi hanya melalui "hati manusialah" keseimbangan yang sejati antara Tuhan dan kosmos bisa dicapai.
Hati adalah tempat dimana Tuhan mengungkapkan diri-Nya secara akrab kepada manusia. Kehadiran-Nya di dalam hati terasa nyata, karena wahyu pun diturun-kan ke dalam hati para Nabi. Di jaman modern ini pun Tuhan memberikan ilham dan pengetahuan kepada para wali-Nya dan orang orang yang Sholeh melalui hati yang bersih.
Kecerdasan Spiritual adalah tujuan akhir dari sebuah proses pengembangan intelektual. Kecerdasan ini dapat dirangsang melalui pembenahan dan kontrol emosional kita. Jadi dapat dipastikan bahwa kecerdasan emosional besar pengaruhnya terhadap laju perkembangan kecerdasan spiritual.

E. Intelegensi Ganda ( Multiple Intelligences)
Inteligensi ganda adalah sebuah kecerdasan yang sangat universal tetapi juga memiliki independensi tersendiri. Karena kecerdasan ini tidak dapat diukur hanya melalui sebuah tes IQ yang didominasi oleh kemampuan matematis-logis dan linguistik. Intelegensi ini ditemukan oleh Howard Gadner seorang psikolog perkembangan dan guru besar dari Graduate School of Education, Harvard University, Amerika Serikat. Menurutnya kecerdasan dapat di kategorikan menjadi sembilan macam :
 Kecerdasan Linguistik. Kemampuan menggunakan kata secara efektif, lisan maupun tertulis.
 Kecerdasan Matematis Logis . Kemampuan menggunakan angka dgn baik dan melakukan penalaran yang benar.
 Kecerdasan Spasial . Kemampuan mengekspresikan dunia spasial visual secara akurat.
 Kecerdasan Kinestesik-jasmani. Keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan, keterampilan menggunakan tangan untuk menciptakan sesuatu.
 Kecerdasan Musikal. Kemampuan mengapresiasi berbagai bentuk musikal, membedakan, menggugah.
 Kecerdasan Interpersonal. Kemampuan mempersepsi dan memebedakan suasana hati, maksud, motivasi serta perasaan orang lain.
 Kecerdasan Intrapersonal. Kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut, kesadaran akan suasana hati, maksud, motivasi, temperamen, disiplin diri, menghargai diri.
 Kecerdasan Naturalis. Keahlian mengenali dan mengategorikan spesies flora dan fauna disekitar, kepekaan terhadap fenomena-fenomena alam.
 Kecerdasan Eksistensial. Menyangkut kepekaan dan kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan-persoalan eksistensi dan keberadaan manusia, atau hal-hal yang berkaitan dengan filsafat.
Menurut pendapat lain ada 10 kecerdasan yang dimiliki oleh manusia, apabila manusia tersebut memfungsikan secara maksimal kapasitas otak yang dimilikinya. Gardner (1993) mengidentifikasi sembilan macam kecerdasan manusia, lalu tokoh-tokoh lainnya menambahkan dua kecerdasan lagi. Kesepuluh kecerdasan itu ialah (1) kecerdasan verbal/bahasa (verbal linguistic intteligence); (2) kecerdasan logika.matematika (logical/mathematical intelligence); (3) kecerdasan visual/ruang (visual/spatial intelligence); (4) kecerdasan tubuh/gerak tubuh (body/kinesthetic intelligence); (5) kecerdasan musikal/ritmik (musical/rhytmic intelligence); (6) kecerdasan intrapersonal (intrapersonal intelligence); (7) kecerdasan naturalis (naturalistic intelligence); (8) kecerdasan spiritual (spiritualist intelligence); (9) kecerdasan interpersonal (interpersonal intelligence); dan (10)kecerdasan eksistensial (existensialist intelligence).
Beberapa bentuk kecerdasan yang telah diulas di atas merupakan sebuah referensi dalam proses pemetaan potensi diri kita, sehingga pada tahap perkembangannya kita mampu merekonstruksi potensi – potensi yang dimiliki secaraa sistematis. Pemetaan potensi diri adalah sebuah pola pembelajaran yang efektif dan efesien, karena disesuaikan dengan kebutuhan yang ada.








Daftar Pustaka
Agustian, Ary Ginanjar, ESQ Power Sebuah Inner Journey Melalui Al-Ihsan, Jakarta; Penerbit Arga , 2003.
Goleman, Daniel, Emotional Intelligence, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 1999.
Handa dan Ning, Belajar Itu Asik, Lho!, Bandung, Penerbit Khansa, 2007.
Mustofa, Agus, Menyelam Samudra Rud dan Jiwa,-
Suparno, paul, Teori Inteligensi Ganda, yogyakarta, Penerbit Kanisius, 2004.
Sadarjun, Sawitri Supardi, Dr., Psi.,Kasus Gangguan Psikoseksual, Bandung, PT. Refika Aditama, 2005.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar